ETIKA BISNIS DAN
BUDAYA MORALITAS
PADA PT. TELKOM
Disusun
Oleh :
Nama: Hanifah Febrilla
Kelas: 3EA27
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA
1. Tidak merugikan siapapun
2. Tidak menyalahi aturan-aturan dan norma yang ada
3. Tidak melanggar hukum
4. Tidak menjelek-jelekan saingan bisnis
5. Mempunyai surat izin usaha
3.1 Etika Bisnis Dan Budaya moralitas Pada PT Telkom
Code of Conduct The Telkom Way
1. Tidak merugikan siapapun
2. Tidak menyalahi aturan-aturan dan norma yang ada
3. Tidak melanggar hukum
4. Tidak menjelek-jelekan saingan bisnis
5. Mempunyai surat izin usaha
3.1 Etika Bisnis Dan Budaya moralitas Pada PT Telkom
Code of Conduct The Telkom Way
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan bisnis yang
semakin ketat di era globalisasi ini menuntut perusahaan untuk menyusun
kembali strategi dan taktik bisnisnya. Jika dilihat lebih mendalam, ternyata
dari persaingan terletak pada bagaimana sebuah perusahaan dapat mengimplementasikan proses penciptaan produk dan
atau jasanya secara lebih murah,lebih baik, dan lebih cepat dibandingkan dengan pesaing
bisnisnya. Saat ini penerapan teknologi
informasi dan komunikasi diperlukan dalam dunia bisnis sebagai alat bantu dalam upaya memenangkan persaingan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi dapat membatu seseorang dalam
berbisnis yang saat ini lebih dikenal dengan bisnis online, dengan fasilitas
yang gratis melalui internetjuga dapat menawarkan tempatuntuk mempromosikan
barang yang akan kita jual dan konsumen mendapatkan kemudahan yaitu tidak
membuang waktu untuk mengunjuki toko, jangkauan pasar yang luas juga sangat
memudahkan penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi dari manapun dan dalam
waktu kapanpun.
Bisnis pada dasarnya
adalah mengelola sesuatu agar terus berjalan dengan baik. Wilayah kerja bisnis
dalam lingkup masyarakat ekonomi. Bisnis sebagai bagian ekonomi yang memiliki
peranan dan manfaat dalam kegiatan produksi menciptakan penawaran pasar dimana
masyarakat dapat melakukan kegiatan konsumsi. Bisnis adalah aktifitas yang
dimuli dari melihat kebutujan masyarakat dan memenuhi kebutuhan tersebut dengan
cara-cara tertentu agar mendapatkan keuntungan dari transaksi kebutuhan. Dengan
demikian perusahaan bisnis merupakan kegiatan ekonomi utama yang digunakan
orang dalam masyarakat ekonomi modern untuk melaksanakan tugas memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa.
Etika bisnis merupakan
aspek penting dalam membangun hubungan bisnis dengan pihak lain. Sukses atau
gagalnya suatu bisnis sangat ditentukan oleh etika bisnis seseorang. Etika
bisnis yang baik juga dapat membangun komunikasi yang lebih baik dan
mengembangkan sikap saling percaya antarsesama pebisnis. Ada dua hal yang harus
Anda perhatikan dalam berbisnis. Yang pertama adalah memerhatikan kepentingan
dan menjaga perasaan orang lain. Yang kedua adalah mencegah terjadinya salah
paham dengan orang lain, karena masing-masing budaya atau negara mempunyai
etika bisnis yang berbeda. Meski begitu, terdapat beberapa etika yang berlaku
umum. Perilaku dan sikap Anda bisa mencerminkan tentang diri Anda. Perilaku
juga mencerminkan watak Anda sehingga ada beberapa hal yang harus dihindari.
Perilaku yang hanya mementingkan diri sendiri, tidak disiplin, dan tidak bisa
dipercaya, dapat membuat bisnis tidak berkembang. Etika bisnis yang tepat dapat
membangkitkan sifat-sifat yang positif. Tunjukkan sifat positif Anda. Misalnya,
Anda perlu tahu kapan harus menunjukkan perhatian dan belas kasih tanpa menjadi
emosional. Tanamkanlah rasa percaya pada diri sendiri tanpa harus bersifat
sombong. Dengan mempelajari etika bisnis, Anda akan menunjukkan bahwa diri Anda
memiliki pikiran yang terbuka, sehingga akan membuat Anda dihargai oleh orang
lain.
Etika bisnis adalah cara-cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara
adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan
individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari
ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi
dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis
seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hokum
(Barten, 2000).
Menurut (Mustika, 2010)
etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan
suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis ,
organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya
perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten
dan konsekuen.
Etika bisnis merupakan
studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi,
dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Bisnis merupakan cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan
dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis
yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi
seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan
sikap yang profesional.
Pedoman etika di perusahaan dibuat untuk menggambarkan bagaimana orang
harus berperilaku dan menjaga standar moral yang diinginkan oleh perusahaan.
Setiap karyawan dan pimpinan harus memahami dengan keyakinan total terhadap
nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip moral yang ada di dalam pedoman
etika perusahaan. Jadi, pedoman atau panduan etika kerja dan etika bisnis di
perusahaan harus menjadi dasar terbaik untuk memperlihatkan moralitas kerja
yang berkualitas, dan juga menjadi alat yang ampuh untuk memperlihatkan
perilaku moral yang tepat di tempat kerja.
Fitur penting
dari moralitas dan etika adalah dia harus berfungsi sebagai panduan bagi
tindakan karyawan, pimpinan, dan setiap stakeholder di tempat kerja dalam
koridor adil, terbuka, dan penuh tanggung jawab.
Tanpa moralitas dan etika, maka setiap perilaku kerja sangat berpotensi
untuk menjadi tidak jujur dalam kepentingan masing-masing pihak. Bila setiap
pihak di tempat kerja berlomba-lomba untuk memikirkan kepentingannya
masing-masing, dan mengabaikan kepentingan dari visi dan misi perusahaan, maka
dalam waktu singkat perusahaan akan menjadi tidak efektif, dan secara perlahan-lahan
kinerja perusahaan akan meredup. Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa
sangat penting saat ini, karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan
memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan
nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem
prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen. Menunjukan bahwa
penyebab utamanya adalah praktek etika perusahaan tidak dilaksanakan dengan
baik dan tentunya karena lemahnya kepemimpinan para pengelolanya.
Dari pengalaman berbagai kegagalan tersebut, kita harus makin waspada dan tidak
terpana oleh cahaya dan kilatan suatu perusahaan hanya semata-mata dari
penampilan saja, karena berkilat belum tentu emas.
Tindakan yang tidak etis,
bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan
masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat
menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan
yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki
peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak
mentolerir tindakan yany tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem
remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang
paling berharga bagi perusahaan oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap
dipertahankan.
Masalah pelanggaran etika sering muncul
antara lain seperti, dalam hal mendapatkan ide usaha, memperoleh modal,
melaksanakan proses produksi, pemasaran produk, pembayaran pajak, pembagian
keuntungan, penetapan mutu, penentuan harga, pembajakan tenaga professional,
blow-up proposal proyek, penguasaan pangsa pasar dalam satu tangan,
persengkokolan, mengumumkan propektis yang tidak benar, penekanan upah buruh
dibawah standar, insider traiding dan sebagainya. Ketidaketisan perilaku
berbisnis dapat dilihat hasilnya, apabila merusak atau merugikan pihak lain.
Biasanya factor keuntungan merupakan hal yang mendorong terjadinya perilaku
tidak etis dalam berbisnis. Suatu perusahaan akan berhasil bukan hanya berlandaskan moral dan
manajemen yang baik saja, tetapi juga harus memiliki etika bisnis yang baik.
Perusahaan harus mampu melayani kepentingan berbagai pihak yang terkait. Ia
harus dapat mempertahankan mutu serta dapat memenuhi permintaan pasar yang
sesuai dengan apa yang dianggap baik dan diterima masyarakat. Dalam proses
bebas dimana terdapat barang dan jasa yang ditawarkan secara kompetitif akan
banyak pilihan bagi konsumen, sehingga apabila perusahaan kurang berhati-hati
akan kehilangan konsumennya. Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena
peluang-peluang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang kemudian
disahkan dan disalah gunakan dalam penerapannya dan kemudian dipakai sebagai
dasar untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis. Berdasarkan uraian diatas
maka penelitian ini bermaksud untuk membahas tentang
“Etika Bisnis dan Budaya Moralitas Pada PT. Telkom”
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan Etika Bisnis pada PT. Telkom?
2. Bagaimana penerapan budaya moralitas pada PT. Telkom?
1.3 Tujuan Masalah
Penulisan
ini bertujuan untuk mengetahui :
1.
Untuk mengetahui peranan etika bisnis pada PT. Telkom.
2.
Untuk mengetahui peranan moralitas pada PT. Telkom.
BAB II
TELAAH LITELATUR
2.1 Pengertian Etika
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar
moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana
standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar itu masuk
akal atau tidak masuk akal – standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran
yang bagus atau jelek.
Etika
adalah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari
nilai atau kualitas standar moral dan penilaian. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John dari Damaskus (abad ke-7
Masehi) menempatkan etika
dalam studi filsafat praktis.
Etika
dimulai ketika orang merenungkan unsur pendapat etis
spontan kami. Kebutuhan untuk refleksi bahwa kita akan merasa, sebagian karena
kita opini etis tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Hal ini
diperlukan untuk etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan oleh manusia.
Metodologis, tidak
setiap hal dapat dikatakan hakim bertindak sebagai etika. Etika memerlukan
sikap kritis, metodis dan sistematis dalam melakukan refleksi. Itu sebabnya
etika adalah ilmu. Sebagai ilmu, objek etika adalah perilaku manusia. Namun,
tidak seperti ilmu-ilmu lain juga meneliti perilaku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. Ini adalah sudut pandang etika tindakan manusia yang
baik dan buruk.
Pengertian
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos”
dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama
pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu
moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika
adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Istilah lain
yang identik dengan etika, yaitu: usila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada
dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Dan yang kedua
adalah Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
Menurut para
ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS
yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi
tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli
berikut ini:
– Drs. O.P. Simorangkir etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
– Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika
adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
– Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
Etika dalam
perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia
orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala
aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Arti dari bentuk jamak
inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan
filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens,
2000).
K. Bertens berpendapat
bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih
dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3
lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi
seperti berikut :
1. nilai
dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah
lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika
agama Budha, etika Protestan dan
sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu
melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi
dalam hidup manusia perorangan maupun
pada taraf sosial.
2.
kumpulan asas atau nilai
moral. Yang dimaksud di sini adalah kode
etik.
Contoh : Kode Etik
Jurnalistik
3.
ilmu tentang yang baik
atau buruk.
2.2 Macam –
Macam Etika
a. Etika deskriptif
Hanya
melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan suatu
kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif memelajari moralitas
yang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam periode tertentu. Etika ini
dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi, sosiologi, psikologi, dll, jadi
termasuk ilmu empiris, bukan filsafat.
b.
Etika normatif
Etika
yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian (preskriptif:
memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan mengapa
sesuatu dianggap baik atau buruk. Etika normatif dibagi menjadi dua, etika umum
yang memermasalahkan tema-tema umum, dan etika khusus yang menerapkan
prinsip-prinsip etis ke dalam wilayah manusia yang khusus, misalnya masalah
kedokteran, penelitian. Etika khusus disebut juga etika terapan.
c.
Metaetika
Meta
berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas secara
langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika bergerak
pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.
Metaetika dapat ditempatkan dalam wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya
antara lain filsuf Inggris George Moore (1873-1958). Filsafat analitis
menganggap analisis bahasa sebagai bagian terpenting, bahkan satu-satunya,
tugas filsafat.
Salah
satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought
question, yaitu apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual.
Kalau sesuatu merupakan kenyataan (is), apakah dari situ dapat disimpulkan
bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan (ought).
Dalam
dunia modern terdapat terutama tiga situasi etis yang menonjol. Pertama,
pluralisme moral, yang timbul berkat globalisasi dan teknologi komunikasi.
Bagaimana seseorang dari suatu kebudayaan harus berperilaku dalam kebudayaan
lain. ini menyangkut lingkup pribadi. Kedua, masalah etis baru yang dulu tidak
terduga, terutama yang dibangkitkan oleh adanya temuan-temuan dalam teknologi,
misalnya dalam biomedis. Ketiga, adanya kepedulian etis yang universal,
misalnya dengan dideklarasikannya HAM oleh PBB pada 10 Desember 1948.
2.3 Pengertian
Etika Bisnis
Pengertian Etika Bisnis dan
Cara Penyusunannya. Untuk menyusun etika bisnis yang bagus, maka perlu
diperhatikan beberapa hal berikut ini, yaitu tentang pengendalian diri,
pertanggungjawaban sosial, menjadikan persaingan secara sehat, penerapan konsep
yang berkelanjutan, dapat mempertahankan keyakinannya, konsisten dengan sebuah
aturan yang sudah disepakati bersama, penumbuhan kesadaran serta rasa memiliki
dengan apa yang sudah disepakati, menciptakan suatu sikap untuk saling percaya
pada antar golongan pengusaha, serta perlu diadakannya sebagian dari etika
bisnis untuk dimasukkan dalam hukum yang dapat berupa suatu perundang-undangan.
Ciri Bisnis yang Beretika
Berdasarkan
hasil diskusi kelompok dalam mata kuliah etika bisnis dapat disimpulkan
mengenai Ciri-Ciri Bisnis yang beretika yaitu:
2.4 Tujuan Etika Bisnis
Pengertian Etika Bisnis dan
Tujuan Dibuatnya Etika Bisnis. Pada dasarnya sebuah etika bisnis ini digalakkan
karena memiliki maksud dan tujuan tertentu dalam dunia bisnis. Adapun tujuan
etika bisnis adalah untuk menjalankan dan menciptakan sebuah bisnis seadil
mungkin serta menyesuaikan hukum yang sudah dibuat. Selain itu, juga
dimaksudkan untuk menghilangkan ketergantungan pada sebuah kedudukan individu
maupun perusahaan.
Etika bisnis ini
tingkatannya lebih luas jika dibanding dengan ketentuan yang sudah diatur
berdasarkan hukum yang berlaku, bahkan jika dibandingkan dengan standar minimal
dari ketentuan hukum maka etika bisnis menjadi standar atau ukuran yang lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan, dalam kegiatan berbisnis tidak jarang kita jumpai
adanya bagian abu-abu dan tidak diatur berdasarkan ketentuan hukum.
2.4 Fungsi Etika Bisnis
Pengertian Etika Bisnis dan Fungsi Penerapan Etika
Bisnis. Dalam penerapan etika bisnis ini tentu akan adalah nilai plus atau
keuntungan tersendiri bagi sebuah perusahaan, baik dalam jangka waktu yang
panjang maupun menengah. Adapun fungsi etika bisnis diantaranya adalah dapat
mengurangi dana yang diakibatkan dari pencegahan yang kemungkinan terjadinya
friksi atau perpecahan, baik dari intern perusahaan itu sendiri maupun ekstern.
Selain itu, dalam
penerapan etika bisnis ini juga berfungsi untuk membangkitkan motivasi pekerja
agar terus meningkat, melindungi prinsip dalam kebebasan berdagang atau
berniaga, serta dapat meciptakan keunggulan dalam bersaing.
Secara umum, suatu tindakan perusahaan yang kurang
etis akan membuat konsumen menjadi terpancing dan pada akhirnya muncullah
sebuah tindakan pembalasan. Seperti contoh adanya larang beredarnya suatu
produk, gerakan pemboikotan, dan yang sejenisnya, maka yang terjadi adalah
penurunan nilai jual dan juga perusahaan.
Hal ini tentu berbeda dengan suatu perusahaan yang
menghargai adanya etika bisnis, pasti akan mendapatkan peringkat kepuasan yang
lebih tinggi.
2.6 Prinsip Etika Bisnis
1. Kejujuran ketika
berkomunikasi dan bersikap
Kejujuran merupakan poin
penting dalam menjalankan usaha sekaligus membangun kepercayaan. Dalam
berbisnis, Anda wajin bersikap jujur dalam segala hal. mulai dari memberikan
informasi dan menganalisa kekuarangan perusahaan.
2. Integritas
Seseorang yang mempimpin
perusahaan mendapatkan keparcayaan dari oran lain karena mempunyai integritas.
Integritas dapat diartikan sebagai konsistensi antara pemikiran, perkataan, dan
perbuatan.
3. Memenuhi janji serta
komitmen yang dibuat
Seorang pebisnis dapat
dipercaya karena mampu memenuhi semua janji serta komitmennya yang pernah
dibuat. Dalam berbisnis Anda tidak boleh asal membuat janji, tetapi saat
diucapkan Anda dapat langsung memenuhinya dengan baik.
4. Loyalitas
Loyalitas merupakan hal
yang penting dalam berbisnis. Hal ini agar bisnis yang Anda jalani dapat
berjalan dengan baik tanpa adanya konflik. Keloyalan dapat ditunjukan dengan
bekerja keras sesuai dengan visi misi perusahaan serta mampu membedakan urusan
kantor dengan masalah pribadi. Loyalitas juga dapat terlihat dari keseriusan
Anda mengembangkan bisnis yang dijalani.
2.7
Pengertian Moralitas
Moralitas berasal dari kata
dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang berarti kebiasaan. Kata “mores” yang
berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores”. Moral adalah ajaran tentang baik buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak
budi pekerti; dan susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani;
bersemangat; bergairah; berdisiplin dan sebagainya.
Moral secara etimologi
diartikan:
a)
Keseluruhan kaidah-kaidah kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku pada
kelompok tertentu,
b)
Ajaran kesusilaan, dengan kata lain ajaran tentang azas dan kaidah
kesusilaan yang dipelajari secara sistimatika dalam etika. Dalam bahasa Yunani
disebut “etos” menjadi istilah yang berarti norma, aturan-aturan yang
menyangkut persoalan baik dan buruk dalam hubungannya dengan tindakan manusia
itu sendiri, unsur kepribadian dan motif, maksud dan watak manusia. kemudian
“etika” yang berarti kesusilaan yang memantulkan bagaimana sebenarnya tindakan
hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan yang buruk.
Moralitas yang secara
leksikal dapat dipahami sebagai suatu tata aturan yang mengatur pengertian baik
atau buruk perbuatan kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik dan
buruknya yang boleh dilakukan dan larangan sekalipun dapat mewujudkannya, atau
suatu azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup bermasyarakat.
Secara terminologi
moralitas diartikan oleh berbagai tokoh dan aliran-aliran yang memiliki sudut
pandang yang berbeda:
Franz Magnis Suseno
menguraikan moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai dan sikap
seseorang atau sebuah masyarakat. Menurutnya, moralitas adalah sikap hati yang
terungkap dalam perbuatan lahiriah (mengingat bahwa tindakan merupakan ungkapan
sepenuhnya dari hati), moralitas terdapat apabila orang mengambil sikap yang
baik karena Ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan ia mencari
keuntungan. Moralitas sebagai sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa
pamrih.
W. Poespoprodjo, moralitas
adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa
perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk atau dengan kata lain moralitas
mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia Immanuel Kant,
mengatakan bahwa moralitas itu menyangkut hal baik dan buruk, yang dalam bahasa
Kant, apa yang baik pada diri sendiri, yang baik pada tiap pembatasan sama
sekali. Kebaikan moral adalah yang baik dari segala segi, tanpa pembatasan,
jadi yang baik bukan hanya dari beberapa segi, melainkan baik begitu saja atau
baik secara mutlak.
Emile Durkheim mengatakan, moralitas
adalah suatu sistem kaidah atau norma mengenai kaidah yang menentukan tingka
laku kita. Kaidah-kaidah tersebut menyatakan bagaimana kita harus bertindak
pada situasi tertentu. Dan bertindak secara tepat tidak lain adalah taat secara
tepat terhadap kaidah yang telah ditetapkan.
Dari pengertian tersebut,
disimpulkan bahwa moralitas adalah suatu ketentuan-ketentuan kesusilaan yang
mengikat perilaku sosial manusia untuk terwujudnya dinamisasi kehidupan di
dunia, kaidah (norma-norma) itu ditetapkan berdasarkan konsensus kolektif, yang pada
dasarnya moral diterangkan berdasarkan akal sehat yang objektif.
BAB III
PEMBAHASAN
Telkom senantiasa membangun sistem dan
budaya Perusahaan yang terintegrasi sebagai pendekatan pengelolaan bisnis yang
komprehensif untuk mencapai keunggulan Kinerja Perusahaan (be profitable),
menjalankan kepatuhan (obey the law), menjalankan bisnis yang beretika
(be ethical) dan dimilikinya kesadaran Perusahaan dan karyawan yang
peka akan tanggung jawab sosial kepada masyarakat sebagai wujud menjadi warga
negara yang baik. Lebih dari itu, sistem dan budaya dibangun untuk mewujudkan
cita-cita agar Telkom terus maju, dicintai pelanggannya, kompetitif di
industrinya dan dapat menjadi role
model perusahaan sejenis.
Sistem dan budaya seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, budaya
perusahaan akan terbentuk karena adanya sistem yang dijalankan secara konsisten
atau sebaliknya, sistem tersebut tidak akan memiliki makna tanpa disertai
nilai-nilai moral yang yang mendasari perilaku karyawan dalam bekerja.
Tradisi membangun sistem dan budaya
dapat kita temukan di setiap era kepemimpinan Telkom. Dalam penerapannya,
budaya Perusahaan terus dikembangkan agar sesuai dengan tuntutan dan perubahan
lingkungan bisnis yang terjadi, dimana sejak tahun 2009 telah dilakukan
transformasi menuju budaya baru Perusahaan yang disebut dengan “The Telkom
Way”.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan
selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka
panjang karena:
·
Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya
friksi baik intern perusahaan maupun
dengan eksternal.
·
Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
·
Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
·
Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari
maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan
kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
·
Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
·
Memperkuat sistem pengawasan
·
Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus
menerus.
Panduan
Perilaku (Code of Conduct)
Sebagai
panduan perilaku bagi seluruh insan Perseroan, kami menerbitkan Keputusan
Direksi No.KD.201.01/2014 tentang Etika Bisnis di Lingkungan Telkom Group.
Telkom
memiliki perangkat etika bisnis, yang merupakan standar perilaku karyawan dalam
berhubungan dengan pelanggan, pemasok, kontraktor, sesama karyawan dan
pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan dengan perusahaan.
Pemberlakuan Penerapan Kode Etik Bagi
Dewan Komisaris, Direksi Dan Karyawan
Sesuai
ketentuan Sarbanes Oxley Act (“SOA”)
2002 section 406, Telkom menjalankan kode etik yang
berlaku bagi seluruh level organisasi, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan pejabat
kunci lainnya serta seluruh karyawan yang dapat dilihat. Untuk setiap perubahan dan pengesampingan
terhadap kode etik Telkom informasikan melalui website tersebut.
Sosialisasi Dan
Upaya Penegakan Etika Bisnis
Pemahaman
dan upaya mengingatkan kembali kepada karyawan tentang tata nilai dan etika
bisnis dilakukan melalui pengiriman materi sosialisasi dan sekaligus assessment yang
dilaksanakan setiap tahun. Materi tersebut berkaitan dengan pemahaman GCG,
etika bisnis, pakta integritas, fraud, manajemen
risiko, pengendalian internal (“SOA”),whistleblowing,
pelarangan gratifikasi, tata kelola TI, menjaga keamanan informasi dan
hal-hal lainnya yang terintegrasi terkait dengan praktik tata kelola
perusahaan. Upaya dimaksud dilakukan melalui program survei etika bisnis dengan
populasi seluruh karyawan. Survei dilakukan secara online, melalui media portal/intranetyang diakhiri dengan pernyataan kesediaan
karyawan untuk menjalankan etika bisnis. Pemahaman dan penerapan etika bisnis
berikut hasil survei setiap tahun diaudit secara internal maupun eksternal
melalui proses audit SOA 404 terkait dengan penerapan control environment sesuai kerangka kerja
pengendalian internal COSO pada audit pengendalian internal tingkat entitas.
3.2 Budaya Moralitas Perusahaan
Sistem dan
budaya terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan perubahan bisnis untuk
mewujudkan cita- cita agar Telkom terus maju, dicintai pelanggannya, kompetitif
di industrinya dan dapat menjadi role model
Perusahaan. Sejak tahun 2009 dilakukan transformasi budaya baru perusahaan yang
disebut dengan “The Telkom Way”. Pengembangan
budaya selanjutnya, dilakukan pada tahun 2013 dengan ditetapkannya Arsitektur
Kepemimpinan Dan Budaya Perusahaan (“AKBP”) Telkom Group. Secara lengkap
Budaya Perusahaan digambarkan sebagai berikut:
1.
Philosophy to be the Best:
Always The Best
Always the Best adalah sebuah basic belief
untuk selalu memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan. Always the Best
memiliki esensi “Ihsan” yang dalam pengertian ini diterjemahkan “terbaik”. Karyawan
yang memiliki spirit Ihsan akan selalu memberikan hasil kerja yang lebih baik
dari yang seharusnya, sehingga sikap ihsan secara otomatis akan dilandasi oleh
hati yang ikhlas. Ketika setiap aktivitas yang di lakukan adalah bentuk dari
ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Philosophy to be the Best: Integrity,
Enthusiasm, Totality Always the Best
menuntut setiap insan Telkom memiliki
integritas (integrity), antusiasme (enthusiasm), dan totalitas (totality).
3. Principles to be the Star: Solid, Speed, Smart
4. Principles to be the Star dari The Telkom Way adalah 3S yakni Solid, Speed, Smart yang sekaligus menjadi core values atau great spirit.
5. Practices to be the Winner
: Imagine – Focus – Action Practices to be the Winner dari The Telkom Way adalah IFA yakniImagine, Focus, Action sekaligus sebagai Key Behaviors
3.3 Sosialisasi
dan penegakan moralitas Perusahaan
Sosialisasi
merupakan tahapan penting dalam penerapan etika bisnis, oleh sebab itu etika
bisnis Telkom diterapkan mengacu pada kebijakan Perusahaan KD.05/2005 dan
KD.43/2006. Dalam sosialisasi dan penerapannya, Kami selalu mengingatkan
karyawan Kami mengenai tata nilai dan etika bisnis melalui survei kepada
seluruh karyawan yang didalamnya memuat kuesioner dan studi kasus terkait
pemahaman: GCG, etika bisnis, pakta integritas, fraud, manajemen risiko,
pengendalian internal (SOA), whistleblowing, pelarangan
gratifikasi, tata kelola TI, menjaga keamanan informasi dan hal-hal lainnya
yang berkaitan dengan praktek tata kelola Perusahaan. Survei Kami lakukan
secara online melalui media portal/intranet perusahaan dan diakhiri dengan
peryataan kesediaan karyawan menjalankan etika bisnis perusahaan.
Sesuai
ketentuan Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002 section 406, Telkom menjalankan kode
etik yang berlaku bagi Komisaris, Direktur Utama, Direktur Keuangan (posisi
yang setara dengan Chief Executive Officer dan Chief
Financial Officer), Direktur dan pejabat kunci lainnya serta seluruh
karyawan yang dapat dilihat pada website Kami http://www.telkom.co.id/about-telkom/business-ethics
dan setiap perubahan terhadap kode etik Kami informasikan melalui website
tersebut.
Pemahaman
dan penerapan etika bisnis berikut hasil survey yang dilakukan telah diaudit
secara internal maupun eksternal melalui proses audit SOA 404 terkait dengan
penerapan control environment sesuai kerangka kerja
pengendalian internal kontrol COSO pada audit tingkat entitas.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa etika dan moralitas dalam membina suatu
bisnis atau perusahaan sangat penting bagi suatu perusahaan. Etika dan
moralitas memiliki keterkaitan dalam membangun karyawan yang kompeten. Secara umum etika bisnis
merupakan acuan cara yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Oleh karena itu, etika bisnis memiliki prinsip-prinsip
umum yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan
bisnis yang dimaksud. Etika bisnis merupakan aspek
penting dalam membangun hubungan bisnis dengan pihak lain. Sukses atau gagalnya
suatu bisnis sangat ditentukan oleh etika bisnis seseorang. Etika bisnis yang
baik juga dapat membangun komunikasi yang lebih baik dan mengembangkan sikap
saling percaya antarsesama pebisnis. Ada dua hal yang harus Anda perhatikan
dalam berbisnis. Yang pertama adalah memerhatikan kepentingan dan menjaga
perasaan orang lain. Yang kedua adalah mencegah terjadinya salah paham dengan
orang lain, karena masing-masing budaya atau negara mempunyai etika bisnis yang
berbeda. Etika bisnis adalah
perwujudan dari nilai-nilai moral. Hal ini disadari oleh sebagian besar pelaku
usaha, karena mereka akan berhasil dalam usaha bisnisnya jika mengindahkan
prinsip-prinsip etika bisnis. Jadi penegakan etika bisnis penting artinya dalam
menegakkan iklim persaingan usaha sehat yang kondusif.
Persaingan usaha yang sehat
akan menjamin keseimbangan antara hak produsen dan konsumen. Indikator dari
persaingan yang sehat adalah tersedianya banyak produsen, harga pasar yang
terbentuk antara permintaan dan penawaran pasar, dan peluang yang sama dari setiap
usaha dalam bidang industri dan perdagangan. Adanya persaingan yang sehat akan
menguntungkan semua pihak termasuk konsumen dan pengusaha kecil, dan produsan
sendiri, karena akan menghindari terjadinya konsentrasi kekuatan pada satu atau
beberapa usaha tertentu. Tanpa kepastian hukum, maka mekanisme pasar akan
terancam. Adanya hukum yang pasti akan memelihara ketertiban dan menjamin
transparasi pasar. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji relevansi etika bisnis
dengan persaingan usaha di Indonesia. Terdapat hubungan yang erat antara etika
bisnis dan persaingan usaha. Terdapatnya aspek hukum dan aspek etika bisnis
sangat menentukan terwujudnya persaingan yang sehat. Dalam bisnis, terdapat
bersaingan yang ketat, yang terkadang menyebabkan pelaku bisnis menghalalkan
segala cara untuk memperoleh keuntungan usaha dan memenangkan persaingan.
Contohnya adalah dalam PT. Telkom yang
menerapkan The Telkom Way, maksudnya adalah
The Telkom
Way digambarkan menyerupai sebuah bangunan yang memiliki dasar penopang basic
belief yaitu
Always The Best yang berakar pada spirit ihsan, karena sebagai makhluk Tuhan
yang mulia maka kita harus mampu mempersembahkan yang terbaik dalam setiap
pekerjaan kita. Mengacu pada filosofi To Be The Best, terdapat 3 nilai utama
sebagai pondasi awal sebuah bangunan, yaitu ;
1. Integrity
yang memiliki pengertian integritas, perilaku positif, kejujuran
2. Enthusiasm
yang memiliki pengertian Antusiasme, Kesungguhan dan keinginan untuk menjadi
yang terbaik
3. Totality
yang memiliki pengertian Totalitas, pengembangan Diri dan berkomitmen dalam
Tugas
DAFTAR PUSTAKA
Poedjawiyatna,
I.R., Etika: Filsafat Tingkah Laku, Jakarta Rineka
Cipta,
2003.
http://www.kipassakti.com/forums/topic/the-telkom-way/
http://www.telkom.co.id/UHI/UHI2011/ID/0913_etika.html#tabs-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar